Selasa, 09 Agustus 2011

Science:

Science:

Science:

Science:

Senin, 08 Agustus 2011

Ragam Buku yang memperoleh KUM

Ragam Buku yang memperoleh KUM:
1 ) Monograf :
• Substansi :satu hal dalam satu bidang ilmu
• Memenuhi Kaidah penulisan ilmiah yang utuh (rumusan masalah, pemecahan masalah, dukungan teori mutakhir, kesimpulan dan daftar pustaka)
• Dalam bentuk buku (referensi)
• Disebarluaskan
• Tebal paling sedikit 40 halaman (15.5 cm x 23 cm)
• Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/organisasi/PT
• ISBN, dan diedarkan
• Tidak menyimpang dari Panca Sila dan UUD 1945
• Batas Kepatutan : 1 buku/tahun
• Angka Kredit Maksimal : 20

2 ) Buku Referensi :
• Substansi satu bidang ilmu
• Memenuhi kaidah penulisan ilmiah yang utuh
• Tebal paling sedikit 40 halaman (15.5 cm x 23 cm)
• Diterbitkan oleh Badan Ilmiah/organisasi/PT
• ISBN, dan diedarkan
• Tidak menyimpang dari Panca Sila dan UUD 1945
• Batas Kepatutan : 1 buku/tahun
• Angka Kredit Maksimal : 40

3 ) Buku Teks/Buku Ajar
Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu matakuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebar luaskan.
• Diketik dengan komputer huruf Times New Roman (font 12) pada kertas ukuran A4 dengan jarak 1,5 spasi, beserta softcopy dalam CD.
• Jumlah halaman buku tidak kurang dari 200 halaman, tidak termasuk Prakata, Daftar Isi, dan Lampiran.
• Unsur buku yang harus ada: (1) Prakata, (2)Daftar Isi, (3) Batang tubuh yang terbagi dalam bab atau bagian, (4) Daftar Pustaka, (5) Glosarium, (6) Indeks (sebaiknya).
• Penulisan Buku Ajar termasuk dalam kegiatan melaksanakan pengajaran, yaitu mengembangkan bahan pengajarantahun (tabel 1 item no. 11)
• Angka kredit 20 per buku
- Batas Kepatutan Buku Ajar/Buku Teks : 1 Buku/Tahun

4 ) DIKTAT, adalah :
• Bahan Ajar Untuk Suatu Mata Kuliah
• Ditulis oleh Pengajar Mata Kuliah Tersebut
• Mengikuti Kaidah Penulisan Ilmiah
• Disebarluaskan Kepada Peserta Kuliah
• Angka Kredit Maksimal : 5

5 ) MODUL, adalah :
• Bagian dari Bahan Ajar
• Ditulis oleh Pengajar Mata Kuliah Tersebut
• Mengikuti Kaidah Penulisan Ilmiah
• Disebarluaskan Kepada Peserta Kuliah
• Angka Kredit Maksimal : 5

6 ) Penuntun Praktikum, adalah :
• Pedoman Pelaksanaan Praktikum
• Disusun oleh Kelompok Dosen
• Mengikuti Kaidah Penulisan Ilmiah
• Angka Kredit Maksimal : 5

7 ) Model, adalah :
• Alat Peraga
• Menjelaskan Fenomena Dalam Kuliah
• Meningkatkan Pemahaman Peserta Kuliah
• Angka Kredit Maksimal : 5

Batas Kepatutan untuk No.4-7 : 1 Diktat/Semester

Sumber :
- Pedoman Operasional Penilaian Angka Kredit; halaman 7, 11 dan 13
http://www.dikti.go.id/dmd​ocuments/PEDOMAN%20OPERASI​ONAL%202009_New.pdf
- Panduan Penulisan hibah Buku Teks; halaman 3
http://www.dikti.go.id/fil​es/dp2m/Panduan%20hibah%20​penulisan%20buku%20teks%20​2011.pdf
- Pembinaan Karir Dosen oleh Prof Suparna
http://www.kopertis7.go.id​/download3.php?id=3&topik=​materi

__._,_.___
Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic
Messages in this topic (1)

Kamis, 04 Agustus 2011

Tetap Sehat, Cantik dan Langsing Selama Puasa

Tidak terasa bulan Ramadhan kembali datang. Bagi umat Muslim, pada bulan yang suci ini diwajibkan untuk berlapar-lapar puasa selama sebulan penuh, dari mulai dini hari (imsak) sampai senja (magrib). Puasa sebetulnya tidak hanya menahan diri dari rasa haus dan lapar saja, tapi juga dari berbagai nafsu, seperti nafsu amarah, nafsu bergosip, dan lainnya. Selain itu bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, karena pada bulan ini pintu surga dibuka lebar, memberi motivasi pada umat Muslim untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan dan lebih padat beribadah.

Mengubah ritme tidur karena padatnya ibadah dan juga pola makan setelah menjalani 11 bulan rutinitas biasa kadang menjadi masalah tersendiri.
Belum lagi melirik menu berbuka puasa yang bermacam ragamnya, dan menjamurnya pasar-pasar kaget yang menjual penganan khas berbuka yang mudah ditemui di pinggir jalan, pastinya sangat menggoda untuk menyantapnya setelah seharian penuh berpuasa. Walhasil, sering kali bulan puasa juga diramaikan oleh keluhan. Mulai stamina yang loyo, gangguan pencernaan, sampai naiknya bobot badan dan program diet yang berantakan. Waduh!


Puasa Bikin Lemas?

Kita terbiasa berpikir dengan berpuasa, banyak waktu makan yang harus "hilang", yaitu sarapan dan makan siang. Dan pola pikir demikian ternyata men-sugesti kita untuk merasa lemas saat menjalani puasa, terutama saat siang sampai menjelang waktu berbuka.

Memperbanyak asupan serat pada saat sahur adalah salah satu cara mencegah cepat datangnya 'kukuruyuk' di perut. Serat bisa diperoleh dari buah-buahan, sayur-sayuran, atau karbohidrat berserat seperti oatmeal. Serat atau karbohidrat kompleks memiliki efek mengenyangkan karena mampu mengembang dalam lambung. Namun serat juga lebih lama dicerna dibandingkan dengan karbohidrat sederhana, protein dan lemak. Artinya, serat akan lebih lama tertinggal di lambung dibanding zat gizi lainnya. Karena itu perut akan terasa lebih lama kenyang,

dan kadar gula darah juga lebih terjaga.

Untuk menghindari lemas, Anda juga bisa mengkonsumsi segelas susu saat sahur. Sebaiknya konsumsi pula suplemen yang mengandung vitamin B kompleks agar metabolisme Anda semakin oke. Saat sahur memang disunahkan untuk makan sahur mendekati waktu imsak, oleh karena itu lakukan makan sahur Anda kira-kira 15-30 menit sebelum imsak, dan makanlah serat di saat-saat terakhir makan sahur Anda. Selain "mengirit" waktu cerna makanan, sahur sebelum imsak sangat baik untuk mencegah terlewatnya shalat Subuh.


Puasa Tanpa Gangguan Pencernaan?

Keluhan yang paling sering terdengar saat puasa adalah gangguan berupa maag dan heartburn. Heartburn adalah rasa panas di ulu hati, yang kadang disertai dengan rasa kaku atau keram pada otot perut. Biasanya muncul apabila saat perut penuh, tubuh tidak beraktivitas kembali. Misalnya jika Anda langsung tidur setelah makan sahur. Sebetulnya kedua keluhan ini tidak perlu terjadi, selama Anda tahu bagaimana menyikapi pola kerja saluran pencernaan Anda.

Minum obat maag, terutama bagi Anda yang memang memiliki penyakit maag, adalah hal yang tidak boleh terlupakan. Obat maag dapat diminum saat berbuka dan sahur. Saat berbuka, batalkan puasa dengan segelas air atau minuman manis - usahakan tidak minum minuman yang bersuhu dingin atau terlalu panas - lalu minumlah dahulu obat maag. Tunggu sekitar sepuluh atau lima belas menit, lalu santaplah hidangan pembuka yang ringan atau segelas susu. Sebaiknya tidak langsung menyantap makanan utama segera setelah berbuka, karena saat kosong dalam waktu yang lama, otot-otot lambung tidak 'siap' menerima volume makanan dalam ukuran besar. Sebetulnya dengan menyantap hidangan pembuka yang ringan seperti semangkuk kecil kolak hangat, atau segelas susu, sudah cukup memberi energi sampai satu jam ke depan. Karena itu tak ada salahnya Anda shalat tarawih dahulu sebelum menyantap makanan utama. Selain itu jika Anda tarawih dalam keadaan perut penuh, Anda akan merasa sebah atau mual karena lambung belum siap mencerna dan mendorong makanan ke usus.

Pada saat sahur, obat maag dapat diminum sesaat sebelum imsak - jika Anda makan sahur kira-kira 30 menit sebelum imsak - atau setengah jam sebelum Anda makan sahur, ini jika Anda memilih makan sahur mendekati waktu imsak.

Apabila Anda memang memiliki riwayat penyakit maag, sebaiknya hindari makanan dan minuman yang dapat merangsang ekskresi asam lambung, seperti makan makanan yang bercita rasa asam, atau minum kopi dan teh terutama pada saat sahur.

Pada hari pertama dan kedua, mungkin gangguan pencernaan masih terbilang wajar karena perut dalam keadaan 'kaget'. Namun jika berlangsung terus menerus, tentunya ada yang salah dengan pola makan Anda. Sebaiknya perhatikan kembali pola makan Anda.


Puasa Bikin Kulit Kering?

Saat berpuasa, memang sangat wajar apabila asupan minuman cenderung menjadi berkurang, karena biasanya kita lebih 'bersemangat' untuk mengganyang makanan daripada minum air. Padahal kurangnya asupan air bisa menyebabkan Anda kekurangan cairan, apalagi jika aktivitas Anda termasuk padat, banyak berkeringat, atau bahkan Anda menghabiskan waktu kerja Anda di dalam ruangan ber-AC. Kurangnya asupan air, ditambah dengan ruangan ber-AC, akan membuat kulit Anda menjadi kering, bahkan bisa sampai pecah-pecah.

Seharusnya puasa tidak perlu menghilangkan 'jatah minum' Anda. Anda bisa, kok, menyiasati asupan 6-8 gelas sehari. Misalnya, minumlah segelas air secara perlahan pada saat membatalkan puasa. Setelah Anda menyantap makanan pembuka yang umumnya bercita rasa manis, usahakan minum kembali segelas air. Saat Anda menyantap makanan utama, usahakan Anda meminum setidaknya dua gelas air. Lalu sebelum tidur, minumlah lagi segelas air.

Pada saat sahur, minumlah setidaknya dua gelas air. Satu gelas saat Anda selesai makan sahur, dan satu gelas lagi sesaat sebelum imsak. Air yang Anda minum tidak harus air putih, tetapi Anda dapat mengkombinasinya dengan susu atau air teh yang ringan (bukan teh kental). Minumlah secara perlahan supaya tidak terasa 'memaksa'.

Pada waktu beraktivitas, jangan lupa gunakan selalu pelembab kulit dan bibir, terutama jika Anda harus beraktivitas di ruangan ber-AC. Gunakan kembali pelembab setelah kulit Anda terbasuh, misalnya setelah ber-wudhu. Berwudhu juga salah satu cara agar kulit Anda tetap lembab dan terbasahi. Pelembab dapat menjaga kadar air kulit dan mencegah penguapan berlebihan, dengan demikian kulit Anda akan tetap lembab dan terjaga dari kekeringan.


Puasa Merusak Diet?

Hmmm… pertanyaan ini biasanya ditujukan bagi Anda yang terbiasa 'balas dendam' saat berbuka, sedangkan Anda sedang menjalani program diet, atau mungkin sedang menjaga bobot tubuh Anda agar tetap ideal. Padahal puasa justru bisa menjadi pola diet baru bagi Anda. Dan jika dilakukan dengan benar, maka setidaknya Anda bisa menurunkan 0,5 - 1 kg perminggu, artinya bisa sampai 4 kg perbulan!

Caranya adalah dengan memilih pola makan yang tepat saat sahur dan berbuka. Seberat apapun mata Anda terbuka saat waktu sahur tiba, sebaiknya Anda tetap paksakan diri untuk bangun karena pada saat sahur Anda akan menyuplai zat gizi yang tidak akan Anda dapatkan di siang hari saat Anda berpuasa. Menu sahur haruslah bergizi dan seimbang, terdiri dari karbohidrat, protein dan serat (sayuran atau buah-buahan). Makan sahurlah kira-kira setengah jam sebelum imsak, dan di 15 menit terakhir konsumsilah buah-buahan atau sayur-sayuran. Seperti yang telah dijelaskan di atas, serat akan menjaga agar lambung Anda tetap penuh, dan kadar gula darah Anda tidak drop, sehingga Anda tidak terlalu lapar. Makanlah sampai Anda merasa cukup, dan tidak terlalu kenyang.

Pada saat berpuasa, usahakan tetap beraktivitas. Jangan lemas atau tidur seharian. Karena dengan beraktivitas, tubuh membutuhkan energi, dan karena tidak ada makanan yang masuk, maka energi tersebut didapat dari simpanan lemak di tubuh kita. Inilah alasan mengapa Anda bisa berdiet selama puasa. Selain itu, pada saat puasa, saluran pencernaan yang selama ini bekerja keras mencerna makanan, diberi waktu beristirahat selama 14 jam. Ini membuat saluran pencernaan menjadi lebih bersih, dan tubuh terasa lebih bugar.

Pada saat berbuka, hindari balas dendam. Balas dendam hanya akan menimbun kembali kalori yang berhasil Anda 'buang' saat berpuasa siang. Dalam agama Islam disunahkan berbuka dengan yang manis-manis, namun dalam kasus ini hindari sebisa mungkin gula (sukrosa), seperti teh manis, sirup atau kolak. Anda bisa mendapatkan minuman manis dari air sari buah (jus). Kandungan gula sari buah dapat menaikkan kadar gula dengan cepat, namun tidak merangsang produksi insulin. Alternatif lainnya adalah dengan mengkonsumsi buah kurma, karena buah kurma kaya akan gula buah yang baik untuk meningkatkan kadar gula darah. Setelah Anda mengonsumsi sari buah, tubuh akan terasa lebih segar dan bertenaga. Lakukanlah ibadah shalat Magrib terlebih dahulu, kemudian barulah Anda bersantap hidangan utama. Pilihlah menu yang seimbang antara karbohidrat, protein dan serat. Ingat, santaplah dengan menu secukupnya, jangan berlebihan.

Berlatih mengendalikan diri terhadap hawa nafsu - termasuk juga 'nafsu makan' lho - dan memperbanyak ibadah, serta berbagi dengan sesama yang lebih membutuhkan, adalah hakikat puasa yang sebenarnya. Bukan sekadar menahan haus dan lapar saja. Jadi, pahala dapat, sehat pun dapat, siapa yang tidak mau?

(Mia Kusumawati)4 Oktober 2006

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa-puasa sunnah. Sebagaimana yang disabdakan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam: “Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?; Puasa adalah perisai, …” (Hadits hasan shohih, riwayat Tirmidzi). Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan, “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhori: 6502)

Puasa Seperti Setahun Penuh

Salah satu puasa yang dianjurkan/disunnahkan setelah berpuasa di bulan Romadhon adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rosululloh bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Romadhon kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164). Dari Tsauban, Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari setelah hari raya Iedul Fitri, maka seperti berpuasa setahun penuh. Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh lipatnya.” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil). Imam Nawawi rohimahulloh mengatakan dalam Syarh Shohih Muslim 8/138, “Dalam hadits ini terdapat dalil yang jelas bagi madzhab Syafi’i, Ahmad, Dawud beserta ulama yang sependapat dengannya yaitu puasa enam hari di bulan Syawal adalah suatu hal yang dianjurkan.”

Dilakukan Setelah Iedul Fithri

Puasa Syawal dilakukan setelah Iedul Fithri, tidak boleh dilakukan di hari raya Iedul Fithri. Hal ini berdasarkan larangan Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Umar bin Khothob, beliau berkata, “Ini adalah dua hari raya yang Rosululloh melarang berpuasa di hari tersebut: Hari raya Iedul Fithri setelah kalian berpuasa dan hari lainnya tatkala kalian makan daging korban kalian (Iedul Adha).” (Muttafaq ‘alaih)

Apakah Harus Berurutan ?

Imam Nawawi rohimahulloh menjawab dalam Syarh Shohih Muslim 8/328: “Afdholnya (lebih utama) adalah berpuasa enam hari berturut-turut langsung setelah Iedul Fithri. Namun jika ada orang yang berpuasa Syawal dengan tidak berturut-turut atau berpuasa di akhir-akhir bulan, maka dia masih mendapatkan keuatamaan puasa Syawal berdasarkan konteks hadits ini”. Inilah pendapat yang benar. Jadi, boleh berpuasa secara berturut-turut atau tidak, baik di awal, di tengah, maupun di akhir bulan Syawal. Sekalipun yang lebih utama adalah bersegera melakukannya berdasarkan dalil-dalil yang berisi tentang anjuran bersegera dalam beramal sholih. Sebagaimana Allah berfirman, “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (Al Maidah: 48). Dan juga dalam hadits tersebut terdapat lafadz ba’da fithri (setelah hari raya Iedul Fithri), yang menunjukkan selang waktu yang tidak lama.

Mendahulukan Puasa Qodho’

Apabila seseorang mempunyai tanggungan puasa (qodho’) sedangkan ia ingin berpuasa Syawal juga, manakah yang didahulukan? Pendapat yang benar adalah mendahulukan puasa qodho’. Sebab mendahulukan sesuatu yang wajib daripada sunnah itu lebih melepaskan diri dari beban kewajiban. Ibnu Rojab rohimahulloh berkata dalam Lathiiful Ma’arif, “Barangsiapa yang mempunyai tanggungan puasa Romadhon, hendaklah ia mendahulukan qodho’nya terlebih dahulu karena hal tersebut lebih melepaskan dirinya dari beban kewajiban dan hal itu (qodho’) lebih baik daripada puasa sunnah Syawal”. Pendapat ini juga disetujui oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Mumthi’. Pendapat ini sesuai dengan makna eksplisit hadits Abu Ayyub di atas.

Semoga kebahagiaan selalu mengiringi orang-orang yang menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam. Wallohu a’lam bish showab.

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id