Kamis, 11 Juni 2015

Pendapat Orang Paling Jenius di Dunia Terhadap Islam



Banyak orang pernah mendengar nama Johann Wolfgang von Goethe, tetapi banyak yang tidak tahu siapakah dia. Beliau adalah seorang penyair, negarawan, seniman, dan ilmuwan asal Jerman. Menurut berbagai sumber, beliau adalah salah satu orang terjenius di dunia dengan IQ sekitar 240! (Einstein “cuma” 165 loh).
Goethe sangat suka mempelajari apa saja, mulai dari filsafat, sastra, tata negara, sains, bahkan juga seni rupa, dan seni musik. Kegemarannya belajar ini membuat ia berkenalan dengan Islam dan mempelajarinya dengan cukup dalam.

Johann-Wolfgang-von-Goethe
Ia menulis berbagai puisi tentang Allah, Islam, dan Rasulallah SAW. Ia juga sering bertukar pikiran dengan sahabat-sahabatnya melalui surat pribadi tentang Islam dan serba-serbi kehidupannya. Rupanya Goethe sangat tertarik dengan agama ini.
Banyak buku yang dibacanya tentang Islam mulai dari buku-buku berbahasa arab, buku tentang perjalanan ke timur tengah, manuskrip muslim seperti Rumi, puisi, antologi, biografi (sirah) nabi Muhammad SAW, dll. Goethe sendiri juga sering bertukar pikiran dengan para cendekiawan orientalis. Ia juga rajin membaca beberapa terjemahan Al-Quran. Dari kesemuanya ini beliau kemudian menuliskan beberapa karyanya yang terkenal seperti “West-stlicher Divan” yang beberapa liriknya terinspirasi dari beberapa ayat Al-Quran.
Pada musim gugur 1813, ia mendapatkan sebuah manuskrip tulisan tangan huruf arab yang ternyata adalah sebuah surah dalam Al-Quran yaitu “Surrah An-naas”. Manuskrip itu didapatkan dari Spanyol oleh salah seorang tentara Jerman yang bertugas di sana. Semenjak itu ia semakin tertarik mempelajari Al-Quran. Bahkan ia sering membacakan terjemahan Quran secara nyaring kepada tamu-tamunya atau pada penampilan publiknya.
Goethe dan pendapatnya tentang islam [Image Source]
Dalam tulisannya (WA I, 17, 153), ia mengungkapkan bahwa ia bermaksud untuk, “merayakan malam suci Ketika Nabi SAW diberikan Alquran langsung dari langit“. Dia juga menulis, “Tidak ada keraguan tentang efisiensi Kitab ini. Itulah mengapa para pengagumnya yang nyata menyatakan bahwa Al-Quran tidak mungkin ‘dibuat “. Goethe juga menambahkan“Buku ini selamanya akan tetap sangat berkhasiat / efektif”(WA I, 7, 35/36)
Dalam karyanya “Divan”, Goethe menulis:
“Ob der Koran von Ewigkeit sei?
Darnach frag’ ich nicht ! …
Da_ er das Buch der B|cher sei
Glaub’ ich aus Mosleminen-
Pflicht”
(WA I, 6, 203)
Apakah Quran berasal dari keabadian?
Aku tidak pernah meragukannya!
Bahwa ia adalah kitab dari segala kitab
Aku percaya meskipun aku bukan muslim
Ia juga mengakui keesaan Allah dan menulis hal ini dalam “Divan”:
Jesus f|hlte rein und dachte
Nur den Einen Gott im Stillen;
Wer ihn selbst zum Gotte machte
Krdnkte seinen heil’gen Willen.
Und so mu_ das Rechte scheinen
Was auch Mahomet gelungen;
Nur durch den Begriff des Einen
Hat er alle Welt bezwungen.”
(WA I, 6, 288 ff)
“Yesus terasa murni dan tenang
Hanya Satu Tuhan;
Siapapun yang mengaku dirinya tuhan
Telah menyinggung kehendak-Nya yang kudus.
Begitu pula dengan hak untuk bercahaya.
Apa yang telah dicapai Mahomet (Muhammad);
Hanya dengan kata “Esa”
Dia pun menguasai seluruh dunia ”
Goethe pun sangat menyukai zikir, dan memuji tentang zikir Islami di dalam bab yang ia tulis tentang Rumi: “Rosario ala Islam [tasbih] dimana nama Allah dimuliakan dengan sembilan puluh sembilan nama adalah sebuah pujian yang amat indah. Puja-puja ini menunjukkan sifat Tak terbayangkan dari sebuah ‘Zat’. Para penyembahnya begitu kagum, tenang, dan berserah diri kepada ‘Zat’ itu. “(WA I, 7, 59)
Banyak pula tulisan mengenai ketata negaraan serta sosial yang ditulis Goethe yang sangat terpengaruh oleh nilai-nilai Islam, misalnya tentang sadaqah, dll. Hal ini membuat banyak orang yang tertarik untuk mempelajari islam lebih jauh. Dalam salah satu suratnya kepada anaknya tertanggal 17-1-1814 (WA IV, 24, 110), Goethe menulis, “ Banyak sekali wanita-wanita relijius yang mencari terjemahan Al-Quran di perpustakaan.”
Sampai akhir hayatnya, tidak jelas apakah Goethe seorang muslim atau bukan. Ia sendiri tidak mengungkapkannya secara jelas di depan umum. Hanya ia dan Tuhan-nya yang mengetahui rahasia ini. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar